Selasa, 21 Desember 2010

Metamorfosis Quilla ( Dimuat Tabloid Gaul 19-26 Desember 2010)


“Hah…”        
          Quilla menghembuskan napas tragis di depan gerbang sekolah yang bertingkat tiga itu. Hembusan napas tadi mengartikan keengganan Quilla untuk sekolah. Bukan tanpa sebab dia merasa enggan, itu terjadi karena dia takut jadi pusat perhatian dari seluruh mata siswa yang menatapnya. Quilla sempat merutuki kenapa video-videonya bisa membuat petaka yang begitu mengejutkan untuk dia terima. Entah kenapa Quilla semakin yakin kalau bangunan sekolahnya itu seperti telah menunggu kedatangannya.
          “Oke, siapa lagi yang bakal minta dititipin salam dan minta tanda tangan?” ucap Quilla pelan pada diri sendiri.
          Barulah Quilla hendak melangkahkan kaki masuk ke sekolahnya itu, tiba-tiba saja ada orang yang meneriaki namanya. Widia yang bertubuh subur melambai-lambaikan tangannya ke arah Quilla. Cewek itu memang nggak mau mengubah kebiasaannya yang super-duper heboh itu. Selalu saja begitu, seolah-olah mereka sudah lama nggak ketemu. Sampai-sampai mengundang banyak mata yang melihat.
          “Quilla, sorry ya. Boleh nggak gue minta tolong lo ngasih ini ke Bayu Arnold?”
          Quilla tertegun sejenak tapi nggak urung dia terima juga surat yang disodorkan seorang siswa cewek padanya. Aduh, kalo begini terus kejadiannya, aku bakalan ketemu dia terus, pikir Quilla.
          “Ngapain tuh cewek?” tanya Widia begitu dia berhasil menghampiri Quilla.
          Quilla menunjukkan surat beramplop ungu pucat itu pada Widia jadi dia nggak perlu repot-repot menjelaskan karena Widia sudah pasti tahu jawabannya. Pikiran dan hati Quilla belum menemukan titik untuk saling bersinergi. Pikirannya mendebat kalo dia harus menghentikan semua kekonyolan ini karena dia sadar betul dia sudah dikenal oleh orang seantero sekolah ini, namun sayangnya hatinya membisikkan pesan kalo dia bisa jadi malaikat yang baik hati bagi orang-orang yang ingin berhubungan dengan Bayu Arnold.
          “Lo emang baik banget ya, La. Lo mau gitu, jadi perantara orang-orang yang pengen kenal lebih deket sama Bayu Arnold!” ujar Widia.
          “Lo udah sering ngomong kayak gitu ke gue, Wid,” jawab Quilla. “Lagian mau gimana lagi, gue juga bingung mau nolaknya. Entar gue dibilang sombong lagi.”
          Belum juga pelajaran dimulai, sudah satu surat diterima Quilla dan itu menggenapkan dua puluh sembilan surat yang ada di laci meja belajarnya. Bayu Arnold, memang telah sukses membuat dunia Quilla jungkir balik. Quilla yang tadinya bukan siapa-siapa mendadak jadi orang yang paling dicari di sekolah. Bayu Arnold adalah seorang solois yang sedang naik daun. Perkenalannya dengan cowok itu terbilang unik tapi mungkin bukan satu-satunya perkenalan terunik diabad ini.
                                               = = = = oo00oo = = = =
          Siang itu—sebulan yang lalu, Quilla baru saja turun dari ojek yang mengantarkannya sepulang sekolah. Dia bisa melihat sebuah mobil sedan warna biru metalik berada di halaman rumahnya. Ada tamu rupanya, pikir Quilla. Tapi siapa tamu yang memakai mobil sedan yang masih kelihatan baru itu?
          Lalu, Quilla pun berjalan mantap menuju rumah untuk memastikan. Quilla memberi salam terlebih dulu sebelum akhirnya dia terkejut. Ternyata yang berkunjung itu Baru Arnold beserta dua orang cowok keren yang datang bersamanya. Mereka tampak tampan dengan balutan pakaian casual zaman sekarang. Dalam hatinya, Quilla bertanya-tanya dari mana mereka tahu rumahnya dan untuk apa mereka datang?!
          “Eh, kamu udah pulang, La?” sambut ibunya pada Quilla. “Kamu udah ditunggu lho sama mereka.”
          Quilla menatap satu persatu tiga cowok itu, lalu nggak lupa mengalihkan pandangannya pada ibu. Ibu mendadak jadi heboh begitu setelah mengenali satu diantara mereka adalah selebritis.
          “Hai, Quilla, “ ujar Bayu yang pertama kali menyapa Quilla. Cowok itu berdiri, lalu diikuti dua cowok yang lain. “Aku Bayu Arnold,” lanjutnya ramah sembari menyodorkan tangan hendak berjabat.
          “Quilla,” ujar Quilla turut memperkenalkan dirinya.
          Sensasi aneh masih menyelimuti Quilla tentang kehadiran tamu-tamu keren itu, terutama Bayu Arnold. Seolah ingin mengikuti apa yang dilakukan Bayu, dua cowok yang lain itu pun mengenalkan siapa diri mereka pada Quilla. Dari perkenalan itu, Quilla tahu kalo mereka bernama Koko dan Rafa.
          “Ada apa ya, mencari saya?” tanya Quilla dengan nada sopan.
          “Nyantai aja, La. Kamu nggak perlu kaku begitu dong, lagian kami bukan pejabat yang harus dihormati sampe segitunya,” ujar Koko sembari tersenyum.
          “Ya udah, tante pamit ke belakang dulu ya. Diterusin aja ngobrol-ngobrolnya,”ujar ibu pada tamu itu.
          Sepeninggal ibu yang berlalu dari ruang tamu, Quilla masih menunggu pertanyaannya dijawab.
          “Ada apa ya, kalian nyari aku?” ulang Quilla lagi, kali ini terdengar lebih santai.
          “Nggak ada apa-apa kok. Kita berdua cuma nemenin Bayu buat ketemu sama kamu,” pungkas Rafa menjawab mewakili kedua temannya.
          Merasa namanya disebut-sebut membuat Bayu tersenyum. Jauh dalam hatinya, Quilla terkesima dengan senyum cowok itu. Makin tambah ganteng saja cowok yang bernama Bayu Arnold itu ketika tersenyum.
          “Ketemu sama aku?” tanya Quilla seolah ingin meyakinkan kalo dia memang nggak salah dengar. Rafa mengangguk taktis.
          “Sorry ya, La, kalo kedatangan kami buat kamu bingung,” kali ini Bayu yang mengambil alih obrolan, “tapi yang dibilang sama Rafa itu bener, aku memang pengen ketemu sama kamu. Aku kagum waktu melihat video yang kamu up load di Youtube.”
          “Ya, La. Sampe-sampe nih ya, Bayu ngebanding-bandingi kamu sama kita-kita. Emang sih, permainan gitar kamu bagus banget. Klop deh sama suara kamu yang keren itu. Tapi, kita juga nggak kalah jago main gitarnya!” sahut Koko yang bagai angin puting beliung karena main serobot  jatah Bayu ngomong.
          Teringatlah Quilla tentang hobinya yang suka up load video ke internet. Quilla memang mahir memainkan gitar baik gitar akustik ataupun gitar elektrik dan dia sering up load performance-nya dengan kedua jenis gitar itu—dua gitar itu dia beli setelah dia mati-matian menyisihkan uang jajannya.  Suaranya juga bagus. Bermodalkan laptop dengan kamera build ini, Quilla menuangkan bakat dan hobinya itu. Entah sudah berapa kali Quilla meng-up load kesenangannya dalam bermusik lewat internet, yang jelas Quilla sudah lupa.
          Kalo boleh jujur, nggak pernah terlintas di pikiran Quilla efek dari video-videonya itu bisa menghadirkan sosok Bayu Arnold, solois yang namanya sedang naik daun untuk datang ke rumahnya, lengkap dengan dua cowok keren yang datang bersamanya.
          Quilla melakukan itu cuma sebagai bentuk sisi kreatif yang ingin dia salurkan dan juga sebagai bentuk kebebasan berekspresi. Nggak dipungkiri lumayan banyak komentar-komentar manis yang memuji permainan musiknya itu ketika dia membuka ulang video-videonya. Quilla boleh saja disebut cewek yang minderan kalo bertemu orang lain tapi nggak dengan kegemarannya up load video. Quilla merasa terntantang menunjukkan pada dunia siapa dirinya meskipun hanya sebatas dunia maya.
          “Terus, kalian tau rumah aku dari mana?”
          Rasa kikuk tiba-tiba menyerang Quilla setelah tanpa tedeng aling-aling Bayu Arnold menatapnya terus. Kalo saja cowok itu tahu, sebenarnya jantung Quilla hampir saja melompat ke kerongkongan mendapatkan tatapannya itu.
          “Kalo kamu aja bisa membuat Bayu kagum dengan video-video yang kamu up load di internet, hal itu juga bisa berlaku dong, buat nyari tau di mana kamu tinggal,” ujar Rafa yang ngomongnya jauh lebih kalem dari Koko biarpun nggak lebih kalem dibandingkan dengan cara Bayu Arnold ketika memainkan kata-katanya saat dia bicara.
          Quilla Cuma bias ber ‘ooh’ ria setelah mendengar ucapan Rafa. Dan voila terjadilah obrolan diantara mereka. Banyak yang merka bahas, termasuk fenomena kepopuleran yang diraih beberapa orang lewat up load video, contohnya Justin Bieber atau Sinta dan Jojo. Tapi ketika disinggung seperti itu, Quilla buru-buru menyanggahnya karena memang dia nggak berminat untuk mengejar popularitas.
          “Iya, La. Kita tau kok kalo kamu orangnya nggak seperti itu. Keliatan lagi dari sifat polos kamu itu, “ujar Rafa. “Lagian kalopun kamu terkenal, anggap aja itu sebagai keberuntungan buat kamu. Banyak lho orang yang pengin terkenal cuma lewat internet doang.”
          Telinga Quilla jadi panas. Aku berbeda, batin Quilla sewot.
          “O iya, kata kamu tadi, kamu sekolahnya di SMA Breeze Vista ya?” tanya Bayu yang disambut anggukan kepala oleh Quilla. “Kalo begitu kebetulan banget, aku bakal nyanyi lho di sekolah kamu, jadi salah satu pengisi acara dipensi seminggu lagi.”
          Pensi, pikir Quilla. Dia hampir saja lupa kalo akan ada pensi di sekolahnya minggu depan. Tapi, Quilla nggak menyangka kalo Bayu Arnold akan jadi salah satu pengisi acara dan bisa jadi paling ditunggu performance-nya.
                                               = = = = oo00oo = = = =
          Benar saja, begitu Bayu Arnold naik ke atas panggung banyak mata tertuju padanya, terutama para siswa cewek. Mereka berteriak-teriak histeris mengelu-elukan solois itu apalagi saat Bayu melempar senyum gantengnya,.
          Quilla berjalan persis di belakangnya dan ikut naik ke atas panggung!
          Tadinya, Quilla sempat nggak mau menerima tawaran Bayu untuk turut mengisi acara dipensi sekolahnya. Tapi, dihari pertama kali kunjungannya, cowok itu bersikukuh akan membatalkan kehadirannya dipensi dan bilang pada pihak panitia kalo itu disebabkan olehnya. Jadi, mau nggak mau Quilla menyetujui meskipun dia akan ditatap oleh banyak pasang mata.
          Dipensi ini, Bayu Arnold menyanyikan empat lagu: dua lagu yang ada di album perdananya, satu lagu tantangan dari pihak panitia dan satu lagu dari salah satu favorinya Train. Semua lagu hasil kesepakatan antara Bayu Arnold dan pihak panitia. Quilla bermain gitar mengiringi Bayu bernyanyi sekaligus jadi backing vocal dadakan. Persiapan mereka sudah pol-polan karena selama seminggu, Quilla latihan bareng Bayu, bahkan Bayu sendiri yang menjemput Quilla ke rumahnya.
          Quilla sempat menahan napas dan berusaha menenangkan diri ketika Bayu memberi tahu bagaimana proses perkenalan mereka yang unik. Entah sudah berapa kali dia menelan ludah setelah tahu begitu banyak pasang mata yang menatapnya apalagi sejak Bayu bilang kalo dia sduah jadi sahabat bagi cowok itu!
          Sejak saat itu dunia Quilla berubah menghadirkan keribetan untuk dirinya. Perlahan—namun pasti—Quilla bermetamorfosis menjadi malaikat yang baik hati bagi siapa saja di sekolah yang mengagumi Bayu Arnold. Bahkan dia merasa telah berubah jadi ‘kota penampung’ banyaknya surat dan salam kagum dari para pengagum cowok itu.
                                                            = = = = oo00oo = = = =
          Sepulang sekolah, persis di depan gerbang mata, Quilla beralih pandang ke arah cowok yang meneriaki namanya sementara Widia sudah lebih dulu dijemput mamanya. Rencananya si cewek bertubuh subur itu akan menemani mamanya belanja bulanan ke supermarket. Dia Rafa. Cowok itu membawa mobil sedan berwarna biru metalik dan itu jelas mobil Bayu.
          Quilla menghela napas. Sudah pasti mobil itu yang akan mengantarkannya pulang. Ini kali keempat mobil itu menjemputnya. Jelas bukan Bayu yang meneriaki namanya kalo dia nggak mau menciptakan kehebohan dijam pulang sekolah seperti sekarang ini. Sampe kapan ini terus terjadi? Pikir Quilla.
                                                = = = = oo00oo = = = =